Powered by Blogger.
RSS


"I have written many letters and words on these Wednesdays. There is still much to say. But I will see you soon enough. It is the children I must wait on."

Itu adalah kutipan dari surat terakhir yang ditulis oleh Jack Cooper untuk istrinya yang baru saja meninggal, Laurel. Buku ini memang sebagian berisi tentang surat-surat Jack Cooper yang ditulisnya setiap hari Rabu untuk sang istri.

Namun yang menjadi pusat ceritanya menurutku adalah sang anak lelaki, Malcolm. Dia adalah anak bungsu keluarga Cooper yang ternyata setelah keberadaan surat-surat tersebut ditemukan, harus menerima kenyataan mengerikan mengenai jati dirinya yang selama ini disimpan dengan baik oleh sang ayah ataupun ibu. Rasa marah, kecewa, bingung dan lain-lain yang disajikan Jason F Wright melalui tokoh-tokoh dalam bukunya cukup mampu menguras emosi pembaca.

Dilihat dari genrenya, buku ini memang bukan jenis yang akan dengan segera disukai para penikmat buku. Akan tetapi buat kamu yang menyukai buku-buku semacam Chicken Soup ataupun buku-buku yang mempunyai sisi religius mungkin akan menemukan buku ini sangat inspiratif. Didalamnya disuguhkan nilai-nilai moral semacam menerima takdir ataupun memaafkan kesalahan orang lain dan belajar hidup berdampingan dengannya.

Yang aku suka dari buku ini adalah sang penulis menuliskan ceritanya dengan alur yang sangat cepat, sehingga terasa seolah sedang melihat sebuah film. Bagi beberapa orang mungkin hal ini justru menjadi kekurangan buku tersebut, tapi bagiku Jason F Wright sudah mampu membuat pembacanya merasa antusias untuk cepat menyelesaikan buku setebal 280 halaman itu. Buktinya aku sendiri. Aku menyelesaikan buku tersebut dalam waktu kurang dari 12 jam. Satu lagi kejutan yang diberikan si penulis adalah surat di dalam amplop yang tertempel di bagian dalam cover belakang, membuat cerita tersebut terasa semakin nyata, seolah kita benar-benar sedang membaca surat yang ditulis oleh sang tokoh utama. Selamat membaca!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


Para penggemar Dee pasti puas dengan karyanya yang satu ini. Madre merupakan kumpulan cerita fiksi dan prosa pendek yang ditulis oleh Dee dalam lima tahun terakhir. Dee mengusung berbagai macam tema yang bahkan tidak memiliki benang merah satu dengan yang lain dan menjadikannya suatu kesatuan dalam buku berjudul Madre ini.

Meskipun aku kurang bisa menikmati beberapa prosa pendeknya, karena memang aku tidak terlalu menyukai hasil tulisan semacam itu, namun dua kisah fiksi yang salah satunya bahkan mendominasi isi separoh buku tersebut berhasil membuatku jatuh cinta. Kisah tentang perjuangan beberapa orang untuk membawa toko roti tua kembali ke masa emasnya merupakan kisah yang unik. Kalau dilihat dari temanya memang kisah ini terkesan terlalu biasa, namun Dee sukses menyulapnya menjadi kisah yang cantik dan menarik. Tapi, menurutku juaranya adalah Menunggu Layang-Layang. Fiksi pendek yang satu ini menyuguhkan kisah cinta yang tersamarkan oleh persahabatan. Memang klise, tapi lagi-lagi aku terpesona dengan cara Dee menuangkannya dalam bentuk tulisan, atau mungkin karena aku memang sangat menikmati cerita-cerita bergenre tersebut. Bagi yang suka sastra, silahkan segera mengambil bukunya di rak buku di toko terdekat. Jangan lupa bayar di kasir dulu sebelum membaca ya!


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


Aku akan berkata jujur, buku ini adalah buku pertama yang berhasil mencampur adukkan perasaanku seolah aku benar-benar mengalami apa yang sedang dialami oleh para tokoh utamanya. Buku ini juga sukses membuatku menangis sesenggukan dan merasa sedih bukan main bahkan setelah selesai membacanya.

Ada yang bilang buku ini masuk ke dalam genre science fiction, namun ada pula yang merasa buku ini lebih dekat dengan genre realistic fiction karena potensinya untuk benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Tidak penting mana yang benar, yang jelas aku sangat mengapresiasi karya Jodi Picoult yang satu ini.

Anna Fitzgerald dilahirkan dengan tujuan utama untuk menyelamatkan Kate, kakak perempuannya yang menderita leukimia. Oleh karena itu, di usianya yang baru menginjak 13 tahun dia sudah mengalami berkali-kali operasi dan transfusi, sampai akhirnya sang ibu meminta dia memberikan ginjalnya untuk Kate. Saat itulah Anna membuat keputusan yang memecah belah keluarganya, dia akan menggugat keluarganya dengan bantuan seorang pengacara agar dia bisa memperolah hak atas tubuhnya sendiri. Tentu saja sang ibu- yang memang terkesan rela memberikan segalanya untuk Kate mengutuk habis-habisan perbuatan Anna dan berusaha untuk membatalkan niat putrinya itu.

Akhir ceritanya sungguh tidak terduga, yaitu berakhir dengan... Well sepertinya lebih baik aku tidak mengatakannya disini karena akan mengurangi sensasi kejutannya. Menurutku, tidak akan ada akhir yang mudah bagi Anna dan Kate sejak awal. Jadi pilihan Jodi Picoult sebagai ending kali ini menurutku adalah yang paling sempurna sekaligus brilian. Namun memang terkesan sangat tragis sehingga aku tidak mampu membendung emosi dan air mataku.

Secara keseluruhan, buku ini lebih dari sekedar wajib baca! Dengan menggunakan 6 tokoh secara bergantian sebagai pencerita- Anna, Sara (sang ibu), Brian (sang Ayah), Jesse (kakak laki-laki Anna dan kate), Campbell (pengacara Anna) dan Julia (pendamping Anna), Jodi Picoult berhasil membuat pembacanya memahami emosi dari masing-masing tokoh dan bagaimana mereka melihat suatu masalah dengan sudut pandang berbeda satu sama lain.
Kesimpulan yang aku ambil setelah menyelesaikan buku ini adalah tidak ada pilihan yang mudah, terlebih saat melibatkan dua pihak yang sama-sama kita sayangi. Ada kalanya kita melakukan hal yang menurut kita benar, tapi justru berakhir sangat salah. Namun itu masih lebih baik dibanding bila kita memilih untuk tidak melakukan apa-apa, karena itu berarti kita tidak peduli pada mereka.

This is totally a five star!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


"The memory that was not mine was so frighteningly strong and clear that it sliced through my control- overwhelmed the detchment, the knowledge that this was just a memory and not me. Sucked into the hell that was the last minute of her life, I was she, and we were running." - Wanderer.

Jatuh cinta sama Edward Cullen dan Bella Swan? Maka kemungkinan besar kamu juga akan menyukai buku yang satu ini. Ditulis oleh pengarang yang sama, Stephenie Meyer, The Host juga merupakan buku yang menurutku wajib baca!

Sesuai dengan genrenya, buku ini berseting di planet bumi yang telah diinvasi oleh 'jiwa-jiwa' yang menggunakan tubuh manusia sebagai inang mereka untuk bisa menjalani hidup layaknya manusia normal. Cerita berawal ketika salah satu 'jiwa' yang bernama Wanderer dimasukkan ke tubuh seorang manusia bernama Melanie Stryder. Namun, seiring dengan waktu, Wanderer mulai menyadari bahwa ingatan Melanie belum sepenuhnya terhapus. Melanie semakin sering mengisi pikiran Wanderer dengan kenangan-kenangan selama dia masih hidup, termasuk tentang Jared, kekasih yang dicintainya yang sekarang sedang sembunyi entah dimana.

Wanderer pun semakin dikagetkan dengan kenyataan bahwa ternyata jiwa Melanie terlalu kuat sehingga masih mampu berkomunikasi dengan jiwanya! Karena tidak bisa memisahkan pikirannya dengan pikiran Melanie, Wanderer pun mulai jatuh cinta terhadap Jared yang dikenalnya lewat ingatan-ingatan Melanie. Pada akhirnya Wanderer memutuskan untuk bersekutu dengan Melanie dan pergi mencari Jared. Dari situlah perjalan yang menegangkan pun dialami oleh kedua jiwa dalam satu tubuh tersebut sampai pada akhirnya membawa mereka ke suatu tempat persembunyian dimana Jared berada.

Namun kenyataan bahwa tubuh Melanie sudah diinvasi oleh jiwa Wanderer membuat keadaan tidak segampang yang Melanie bayangkan. Ada beberapa pihak yang menginginkan kematiannya, termasuk Jared. Kisah cinta segitiga antara Melanie, Wanderer dan Jared membuat buku ini semakin menarik untuk dibaca. Buat kamu yang tidak menyukai science fiction, kamu akan dibuat jatuh cinta olehnya.

Buku ini terbilang cukup tebal yaitu dengan 809 halaman- meskipun ada beberapa versi lain yang menyebutkan buku ini berkisar antara 600 halaman. Akan tetapi, buat kamu yang kompeten dalam bahasa Inggris, kamu akan menemukan buku ini ringan tapi cerdas. Seperti halnya Twilight, Stephenie Meyer berhasil memaparkan suatu bentuk dunia yang berbeda dengan sangat menarik, gamblang sekaligus mampu membawa pembacanya ikut berpetualang di dalamnya seolah itu dunia yang sudah lama kita kenal. Aku sudah membaca buku ini lebih dari 3 kali dan masih terus ingin membacanya. Gabungan antara science fiction dan romance membuat The Host menjadi salah satu buku yang akan aku tempatkan di puncak rak bukuku sesuai dengan penilaian yang aku berikan.

Buku ini memberi suatu pelajaran tentang kekuatan cinta yang begitu besar dan (menurutku yang paling utama) arti menjadi seorang manusia yang saling menyayangi antar sesama, terlepas dari hubungan keluarga yang mungkin tidak dimiliki oleh makhluk lain di bumi ini.

Namun, ada beberapa bagian deskripsi yang terlalu panjang yang membuat ceritanya terkesan lamban. Memang menurutku buku ini tidak lebih bagus dari keempat serial Twilight Saga, namun The Host tetap aku masukkan ke list a you-should-read book. Selamat hunting!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS



"Every little piece of our relationship had been pulled apart and discarded, as though they'd never fitted together in the first place."- Izzy Keegan.

Buku ini merupakan sebuah hadiah dari seorang teman di Inggris. Dia bilang saat dia membaca buku tersebut, dia langsung teringat padaku, mungkin karena kisah tokoh utamanya yang hampir mirip dengan kisahku. Maka dikirimkannya buku tersebut melalui jasa pos. Izzy Keegan adalah seorang gadis muda di akhir 20 tahunan yang baru saja dikhianati oleh kekasihnya, Cian. Patah hati, rasa sakit karena dikhianati serta rasa benci seolah-oleh menjadi mimpi buruk yang menghantui hari-harinya sejak saat itu.

Dengan dibantu oleh dua sahabat yang sekaligus teman satu apartemennya, Kileen and Susie, Izzy berusaha bangkit dari kenangan pahitnya tersebut. Dia pun mulai mempraktikan beberapa cara dengan maksud untuk mendapatkan Cian kembali ke sisinya. Diakhir cerita, Izzy banyak mengalami hal diluar dugaan termasuk permintaan Cian untuk kembali kepadanya dan awal mula kisah cinta yang terjalin antara dia dengan sahabat baiknya sendiri, Gavin.

Buku ini sangat ringan untuk dibaca, cocok buat kamu yang ingin sekedar bersantai dan menghabiskan liburanmu. Pemakaian bahasa Inggrisnya pun tidak rumit, terlebih lagi banyak ekspresi yang sering kita temui dalam penggunaan sehari-hari. Kisah yang dialami oleh pemeran utamanya memang terbilang sangat klise, umum terjadi pada anak muda jaman sekarang. Tidak ada hal yang bisa menjadikan buku ini istimewa ataupun memberi greget tersendiri setelah selesai membacanya. Namun, ada beberapa kejadian yang dialami beberapa tokoh di buku tersebut yang berhasil menyelamatkannya dari kesan terlalu biasa, salah satunya adalah saat Izzy mengira dirinya hamil sehingga membuatnya menolak cinta Gavin.

Buku ini juga menyajikan kisah persahabatan yang sangat kental, dimana mereka saling mendukung satu sama lain, lengkap dengan konflik yang muncul. Secara keseluruhan, buku ini termasuk chicklit yang akan aku baca lebih dari 3 kali. Good job, Amy Huberman!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


"I'm worried that I'm very shallow, to get over him so quickly. Last week, even two days ago, I was still devastated and now I feel OK. I miss him, but I don't feel like my heart is breaking."- Gemma.

"I'm gonna have to meet him some time. I can't be sneaking around scared of bumping into him. It's time."- Jojo.

"As soon as I saw you I knew it was you."- Lily.

Satu pertanyaan untuk mengawali post ini, 'mengapa aku mengambil 3 quotes sekaligus hanya untuk mempresentasikan 1 buku?' Jawabannya adalah karena buku yang ditulis oleh Marian Keyes ini memang menceritakan kisah tiga wanita berbeda dengan cerita yang berbeda pula. Namun, ketiganya masih mempunyai korelasi dalam beberapa unsur cerita secara keseluruhan yang menjadikan buku ini unik dan menarik.

Gemma, seorang event organizer yang sedang berperang dengan kekecewaan terhadap sahabatnya, Lily, yang menurutnya telah mencuri kekasihnya, Anton. Keadaan semakin diperburuk dengan keputusan ayahnya untuk meninggalkan ibunya untuk menikah dengan seorang wanita yang jauh lebih muda. Ditengah konflik yang dihadapainya, Gemma menuangkan setiap emosi melalui email kepada seorang teman yang pada akhirnya mengirimkan email-email tersebut pada penerbit tanpa sepengetahuannya.

Jojo, adalah seorang literary agent yang menaungi Lily (dan pada akhirnya menaungi Gemma juga) yang mempunyai affair dengan bosnya yang sudah berkeluarga. Meskipun dia memiliki prestasi yang cukup baik di perusahaan dimana dia bekerja, tampaknya pihak perusahaan tidak mau mengangkatnya ke posisi yang sudah diinginkannya sekian lama. Di akhir cerita Jojo memilih keluar dari perusahaan tersebut, dan dengan resiko yang tinggi memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri.

Lily, dulu adalah sahabat Gemma sebelum dia jatuh cinta dan akhirnya menikah dengan Anton. Dia telah berhasil menulis satu buku yang menjadi best seller dan menerima uang yang cukup banyak. Namun karena kecerobohan suaminya, keadaan financial yang semula terlihat akan lebih dari cukup, justru tidak berjalan seperti yang mereka harapkan. Hal ini membuat hubungan keduanya mengalami keretakan.

Marian Keyes telas sukses membuat sesuatu yang unik namun sangat menarik untuk diikuti melalui buku ini. Cara dia mendeskripsikan setiap emosi melalui tiga tokoh yang berbeda sungguh adalah ide yang brilian. Oleh karena itu, meskipun buku ini bisa dibilang sangat panjang (648 halaman) namun aku tetap membaca hampir setiap baris yang ada dengan antusiasme yang sedikitpun tidak berkurang seiring banyaknya halaman yang aku balik.

Aku tidak tahu apa buku ini mempunyai versi Bahasa Indonesia, tapi yang jelas buat kamu yang sedang belajar Bahasa Inggris, buku ini akan sangat banyak membantumu memahami tradisi dan budaya dimana Bahasa Inggris digunakan. It's definitely one of those excellent purchase of mine!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


"In vain have I struggled. It will not do. My feelings will not be repressed. You must allow me to tell you how ardently I admire and love you." Mr. Darcy to Elizabeth Bennet.

Bisa dibilang aku jatuh cinta pada literatur English classic sejak aku membaca novel karya Jane Austen yang pertama kali diterbitkan pada 1813 ini. Berkisah tentang kisah cinta antara Fitzwilliam Darcy, seorang pemuda kaya dengan perangai yang sedikit angkuh- meskipun hal ini sebenarnya masih bisa dimaklumi mengingat kedudukan sosialnya yang tinggi dalam masyarakat dengan Elizabeth Bennet, putri kedua dari lima bersaudara Bennet yang berasal dari keluarga pas-pasan, membuat cerita ini sarat dengan isu perbedaan status, pendidikan, tingkah laku dan pernikahan.

Kisah cinta mereka bisa dibilang tema klise pada jaman sekarang. Yaitu bermula dari dua orang yang saling membenci karena kurangnya pemahaman serta penilaian yang prematur dari kedua belah pihak, yang pada akhirnya menyadari bahwa mereka sebenarnya menyimpan rasa sayang satu sama lain. Disuguhkannya nilai-nilai moral dengan cara cerdas dan gamblang oleh Austen menjadikan Pride and Prejudice novel yang jauh dari kesan jelata yang menjadikannya salah satu novel paling dicintai bahkan sampai saat ini.

Bagaimanapun juga, novel yang awalnya berjudul First Impression ini, menurutku, miskin emosi dan bisa dibilang terlalu dingin. Gaya bahasa yang digunakan membuatku kadang harus berhenti sejenak memahami emosi yang sedang dirasakan oleh karakter tertentu. Para remaja mungkin menemukan novel ini membosankan, akan tetapi buat kamu yang memang menyukai literatur sejenis dan mempunyai ketertarikan sendiri pada isu sosial akan dengan mudah dibuat jatuh cinta olehnya, tidak hanya karena kekayaan karakter para tokohnya, tapi juga humor sinis yang disajikan Austen melalui karakter Mr. Bennet.

Hal yang aku pelajari setelah menyelesaikan novel ini, baik versi Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Inggris (meskipun bukan versi aslinya) adalah bahwa setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk membuat penilaian-penilaian dini yang kadang terlalu subjektif, tidak peduli betapa cerdas dan teliti orang tersebut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS